Pelajaran kedua, satu lagi cerita dari mas dimas yang tak kalah
pentingnya dan masih menggetarkan jiwa saya yaitu pada malam itu dia berkata “Ki,
kamu percaya tidak bahwa kekuatan ridho orang tua itu begitu besar pengaruhnya
bagi kemajuan dan barokah kehidupan kita. Kamu masih ingat kan bahwa ridho
Allah selalu bersama ridho orang tua. Mas dimas sekarang sungguh merasakanya” tutur
mas Dimas yang wajahnya agak sedikit memantulkan cahaya karena sinar terangnya
lampu ruang makan kami bermerk philip.
Saya dan istri begitu sangat terkesima menyimak cerita demi cerita
mas dimas yang penuh hikmah itu. Dan dari dalam hati saya langsung berkata
“Ucapan itu memang sudah saya ketahui dari dulu dan saya juga mempraktekannya,
namun sepertinya apa yang diucapkan mas dimas itu sepertinya lebih berbobot karena
lebih banyak berdasarkan pengalaman berat hidupnya daripada apa yang saya
pahami“.
Ternyata teori agama yang kita ketahui kalau hanya sekedar
pemahaman konseptual atau teori agama dan praktek yang sesuai teorinya hanya
60% nya saja akan lebih menjadi hikmah yang hebat lagi jika kita kerjakan
dengan sepenuh hati. Maksudnya adalah ilmu agama yang dipelajari dan difahami
kemudian kita praktikan dengan setulus hati tanpa pertimbangan kekurangan
materi, harga diri dan itu-ini akan lebih memberikan hikmah, manfaat besar yang
bisa menambah kedewasan seseorang hamba Allah yang sholeh. Mas dimas lah yang
telah mengalami hal itu.
Semenjak dia menjadi manusia yang taat dan takdhim kepada orang
tua, kemajuan hidup ekonomi telah mengalami perubahan yang signifikan. Sejak 3
bulan yang lalu dia telah mendapat pekerjaan di satu sekolah SD tempat istrinya
bekerja sebagai Guru Wiyata (Guru Honorer). Meskipun sebagai wiyata yang hanya
bergaji satu bulan Rp 300.000,- namun karena mas dimas aktif dalam berkerja
tanpa pamrih, sehingga tak jarang dia dapat rizki yang tak terduga-duga. Dia juga
termasuk orang yang serba bisa, dari menjadi operator komputer, mengajar bahasa
inggris dikala guru aslinya tak ada, sampai penggagas ide hampir disetiap
urusan operasional dan guru-guru di SD tersebut. Pernah ada yang mengatakan
“Mas dimas ini sudah orangnya gaul, pinter lagi. Poko’e serba bisa lah.
Cocoknya jadi kepala sekolah saja” komentar salah satu guru sambil tersipu malu.
Dan mas dimas juga punya kesempatan menjadi PNS jika sudah berwiyata minimal 5
tahun. Serta sejumlah rencana brilian yang menguntungkan sudah ada di
tangan setelah dia bekerja sebagai
wiyata di SD itu. Itulah pertolongan-pertolongan yang datang menghampiri mas
dimas atas keihklasannya di dalam ketaatan dan takhdimnya kepada orang tua.
Sebaliknya, cerita kesedihan dan segala problematika akan selalu
mewarnai kehidupan anak manusia yang membuat hati orang tua tak ridho. Karena
pada saat orang tua kita tak ridho dengan apa yang kita lakukan, yang kita
rencanakan itu sebenarnya membuat hati mereka sakit atau tersinggung. Padahal
sudah banyak pelajaran dalam Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW menjelaskan
tentang kewajiban sebagai anak terhadap orang tua, diantaranya;
- Firman Allah Ta’alla; “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya” (Al-Ankabut ; 8)
- Firman Allah Ta’alla; “Dan Robbmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil” (Al-Isro ; 23-24)
- Dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Ridho Robb (Allah) ada pada ridho orangtua dan murka Robb (Allah) ada pada murka orangtua” (HR Tirmidzi)
Melawan orang tua, menentang orang tua, membuat sakit orang tua dan
membuat hati orang tua tak ridho dengan terang-terangan maupun samar-samar adalah
kesalahan besar selama hayat masih dikandung badan Anda. Dan terkadang
perbuatan dan rencana yang tak sadar atau tak sengaja kita kerjakan bisa
membuat hati orang tua tidak ridho. Seperti kejadian yang dialami mas Dimas
ini. Ceritanya, pada saat dia punya kesempatan mendapatkan rumah kontrakan yang
tak jauh dari Sekolah tempat istrinya bekerja. Dan bahkan rumah yang bakal dia
tempati itu tidak dipungut uang sewa kontrak, hanya tinggal menempati dan tentu
saja dengan syarat mau merawatnya, karena si empunya tinggal diluar kota. Maka,
kesempatan ini pun tak mau dilewatkan, setelah beberapa kali bermusyawarah
dengan keluarganya termasuk mertuanya dimintai ijin dan pendapat. Akhirnya
rencana itu berjalan dengan lancar karena sudah sepakat dan mendapat ijin
bersyarat dari mertua. Syaratnya adalah setiap seminggu sekali menjenguk
mertua. Nah, setelah beberapa minggu tinggal dirumah kontrakan yang luasnya
lumayan cukup bagi sebesar keluarga mas dimas. Ada masalah yang mengganjal,
yaitu rumah dan anak-anaknya mas dim tak ada yang merawat karena baik mas dim
dan istrinya sama-sama bekerja di SD. Padahal selama tinggal bersama mertua tak
ada masalah sama sekali untuk merawat anak-anaknya karena ada tetangga yang mau
bekerja sebagai babysitter (pegawai rumahan yang mengurusi anak-anak dan
kebersihan rumah tangga), tapi semenjak tinggal di rumah kontrakan yang baru
itu sulit sekali untuk mencari tenaga babysitter, sehingga perawatan anak-anak
dan urusan kebersihan rumah terlantar. Setelah diusut-usut ternyata mas Dimas
baru menyadari kalau mertuanya memberi ijin masih setengah hati. Secara
kebetulan pula pemilik rumah seperti merasa keberatan dengan mas dim, karena
rumah miliknya tak terurus. Setelah kejadian ini mas dim pun kembali bersama ke
rumah mertua. Dan alhamdulillah segalanya kembali normal dan lebih lancar.
Kejadian-kejadian yang lain pun di ceritakan oleh mas dim,
permasalahan keluarga yang datang perlahan maupun bertubi-tubi yang menyelimuti
perjalanan hidup berkeluarga. Diantaranya gagal berkali-kali dipromosikan
bekerja di luar negeri, susah mencari pekerjaan selama bertahun-tahun,
pekerjaan yang tak pernah cocok di hati dan tak sesuai gaji dan beberapa cerita
kegagalan dalam meraih kebahagiaan berumah tangga diceritakan oleh mas dim.
Semua kejadian kegagalan itu bermuara kepada satu hal yaitu karena
tak sadarkan diri dan tak mau berintropeksi atas kesalahan yang telah kita
perbuat sehingga menjadikan orang tua tak ridho. Atau kita tak ridho kepada
orang tua karena suatu hal yang membuat kita jengkel atas tingkah-lakunya yang
tak kita ketahui apa yang sebenarnya terjadi.
Malam pun semakin larut. Tangan kananku menutup mulut yang berusaha
untuk menguap-uap karena sudah mulai mengantuk. Kulihat mata istriku juga
perlahan-lahan mulai meredup karena tak biasanya kita mengobrol sampai selarut
ini. Namun mas dimas masih kelihatan segar padahal telah mengalami perjalanan yang
panjang dari magelang – jogja – jakarta – sukabumi dan nanti akan kembali ke
jakarta menjalankan misi sesungguhnya. Sehingga kita akhiri obrolan pada malam
itu untuk istirahat karena bseok pagi saya harus berangkat kerja.
Misi mas dimas ke Jakarta adalah menemui ayah kami di Jakarta untuk
melaksanakan musyawarah besar keluarga kita yang diwakili oleh mereka bertiga
Mas Dimas, Reza Satri Kinayungan (adik saya) yang tinggal dan bekerja di WWF Unicef
perwakilan Jakarta serta ayah kami Pak Naryo. Musyawarah nanti akan membahas
tentang 2 hal, yaitu acara Silaturahmi saat lebaran nanti dan Dana bantuan segera
berupa modal dari kita-kita untuk usaha bapak yang sedang digarap.
Kekuatan manfaat dari bersilahturahmi (The Power Of Silaturahmi) begitu
besar bagi saya. Bisa belajar banyak dari setiap kejadian-kejadian kehidupan
orang-orang terdekat yang bisa memberi hikmah. Waktu yang tepat untuk saling
berbagi dan saling nasihat-menasihati. Oleh sebab itu kita selalu menjaga
kesinambungan Silaturahmi antar keluarga dimana saja dan kapan saja. Terlebih
di momen penting nanti seperti Hari Raya Idul Fitri. Momen ini kita gunakan
dengan sebaik-baiknya untuk temu kangen dan temu sapa diantara keluarga yang
sudah berpencar-pencar ke berbagai daerah di Indonesia.
Bagi sahabat pembaca semua yang sedang melakukan perjalanan pulang
ke kampung halaman alias Mudik. Semoga dalam perjalanan diberikan keamanan dan
kelancaran sehingga bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Dan semoga
bisa memanfaatkan momen penting itu untuk bersilahturahmi dengan sanak-saudara,
keluarga, kerabat serta para tetangga yang sudah tak sabar menunggu kedatangan
Anda.
Dan pada malam hari ini saat yang tepat bagi saya untuk mengucapkan
sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam Indonesia di seluruh penjuru
Nusantara dan belahan dunia, yaitu malam minggu tanggal 18 Agustus sebagai malam
Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah; saya Pekik Aulia Rochman dan Keluarga ingin
mengucapakan;
Selamat Hari
Raya Idul Fitri tahun 1433 Hijriah
تقبل الله منا ومنكم
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Semoga amal
ibadah kita selama bulan Suci Ramadhan bisa diterima di sisiNya