Sabtu, 18 Agustus 2012

The Power Of Silaturahmi Part II

Pelajaran kedua, satu lagi cerita dari mas dimas yang tak kalah pentingnya dan masih menggetarkan jiwa saya yaitu pada malam itu dia berkata “Ki, kamu percaya tidak bahwa kekuatan ridho orang tua itu begitu besar pengaruhnya bagi kemajuan dan barokah kehidupan kita. Kamu masih ingat kan bahwa ridho Allah selalu bersama ridho orang tua. Mas dimas sekarang sungguh merasakanya” tutur mas Dimas yang wajahnya agak sedikit memantulkan cahaya karena sinar terangnya lampu ruang makan kami bermerk philip.
Saya dan istri begitu sangat terkesima menyimak cerita demi cerita mas dimas yang penuh hikmah itu. Dan dari dalam hati saya langsung berkata “Ucapan itu memang sudah saya ketahui dari dulu dan saya juga mempraktekannya, namun sepertinya apa yang diucapkan mas dimas itu sepertinya lebih berbobot karena lebih banyak berdasarkan pengalaman berat hidupnya daripada apa yang saya pahami“. 

Ternyata teori agama yang kita ketahui kalau hanya sekedar pemahaman konseptual atau teori agama dan praktek yang sesuai teorinya hanya 60% nya saja akan lebih menjadi hikmah yang hebat lagi jika kita kerjakan dengan sepenuh hati. Maksudnya adalah ilmu agama yang dipelajari dan difahami kemudian kita praktikan dengan setulus hati tanpa pertimbangan kekurangan materi, harga diri dan itu-ini akan lebih memberikan hikmah, manfaat besar yang bisa menambah kedewasan seseorang hamba Allah yang sholeh. Mas dimas lah yang telah mengalami hal itu.

Semenjak dia menjadi manusia yang taat dan takdhim kepada orang tua, kemajuan hidup ekonomi telah mengalami perubahan yang signifikan. Sejak 3 bulan yang lalu dia telah mendapat pekerjaan di satu sekolah SD tempat istrinya bekerja sebagai Guru Wiyata (Guru Honorer). Meskipun sebagai wiyata yang hanya bergaji satu bulan Rp 300.000,- namun karena mas dimas aktif dalam berkerja tanpa pamrih, sehingga tak jarang dia dapat rizki yang tak terduga-duga. Dia juga termasuk orang yang serba bisa, dari menjadi operator komputer, mengajar bahasa inggris dikala guru aslinya tak ada, sampai penggagas ide hampir disetiap urusan operasional dan guru-guru di SD tersebut. Pernah ada yang mengatakan “Mas dimas ini sudah orangnya gaul, pinter lagi. Poko’e serba bisa lah. Cocoknya jadi kepala sekolah saja” komentar salah satu guru sambil tersipu malu. Dan mas dimas juga punya kesempatan menjadi PNS jika sudah berwiyata minimal 5 tahun. Serta sejumlah rencana brilian yang menguntungkan sudah ada di tangan  setelah dia bekerja sebagai wiyata di SD itu. Itulah pertolongan-pertolongan yang datang menghampiri mas dimas atas keihklasannya di dalam ketaatan dan takhdimnya kepada orang tua.

Sebaliknya, cerita kesedihan dan segala problematika akan selalu mewarnai kehidupan anak manusia yang membuat hati orang tua tak ridho. Karena pada saat orang tua kita tak ridho dengan apa yang kita lakukan, yang kita rencanakan itu sebenarnya membuat hati mereka sakit atau tersinggung. Padahal sudah banyak pelajaran dalam Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang kewajiban sebagai anak terhadap orang tua, diantaranya;
  • Firman Allah Ta’alla; “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya” (Al-Ankabut ; 8) 
  • Firman Allah Ta’alla; “Dan Robbmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil” (Al-Isro ; 23-24)
  • Dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Ridho Robb (Allah) ada pada ridho orangtua dan murka Robb (Allah) ada pada murka orangtua” (HR Tirmidzi)
Melawan orang tua, menentang orang tua, membuat sakit orang tua dan membuat hati orang tua tak ridho dengan terang-terangan maupun samar-samar adalah kesalahan besar selama hayat masih dikandung badan Anda. Dan terkadang perbuatan dan rencana yang tak sadar atau tak sengaja kita kerjakan bisa membuat hati orang tua tidak ridho. Seperti kejadian yang dialami mas Dimas ini. Ceritanya, pada saat dia punya kesempatan mendapatkan rumah kontrakan yang tak jauh dari Sekolah tempat istrinya bekerja. Dan bahkan rumah yang bakal dia tempati itu tidak dipungut uang sewa kontrak, hanya tinggal menempati dan tentu saja dengan syarat mau merawatnya, karena si empunya tinggal diluar kota. Maka, kesempatan ini pun tak mau dilewatkan, setelah beberapa kali bermusyawarah dengan keluarganya termasuk mertuanya dimintai ijin dan pendapat. Akhirnya rencana itu berjalan dengan lancar karena sudah sepakat dan mendapat ijin bersyarat dari mertua. Syaratnya adalah setiap seminggu sekali menjenguk mertua. Nah, setelah beberapa minggu tinggal dirumah kontrakan yang luasnya lumayan cukup bagi sebesar keluarga mas dimas. Ada masalah yang mengganjal, yaitu rumah dan anak-anaknya mas dim tak ada yang merawat karena baik mas dim dan istrinya sama-sama bekerja di SD. Padahal selama tinggal bersama mertua tak ada masalah sama sekali untuk merawat anak-anaknya karena ada tetangga yang mau bekerja sebagai babysitter (pegawai rumahan yang mengurusi anak-anak dan kebersihan rumah tangga), tapi semenjak tinggal di rumah kontrakan yang baru itu sulit sekali untuk mencari tenaga babysitter, sehingga perawatan anak-anak dan urusan kebersihan rumah terlantar. Setelah diusut-usut ternyata mas Dimas baru menyadari kalau mertuanya memberi ijin masih setengah hati. Secara kebetulan pula pemilik rumah seperti merasa keberatan dengan mas dim, karena rumah miliknya tak terurus. Setelah kejadian ini mas dim pun kembali bersama ke rumah mertua. Dan alhamdulillah segalanya kembali normal dan lebih lancar.

Kejadian-kejadian yang lain pun di ceritakan oleh mas dim, permasalahan keluarga yang datang perlahan maupun bertubi-tubi yang menyelimuti perjalanan hidup berkeluarga. Diantaranya gagal berkali-kali dipromosikan bekerja di luar negeri, susah mencari pekerjaan selama bertahun-tahun, pekerjaan yang tak pernah cocok di hati dan tak sesuai gaji dan beberapa cerita kegagalan dalam meraih kebahagiaan berumah tangga diceritakan oleh mas dim. 

Semua kejadian kegagalan itu bermuara kepada satu hal yaitu karena tak sadarkan diri dan tak mau berintropeksi atas kesalahan yang telah kita perbuat sehingga menjadikan orang tua tak ridho. Atau kita tak ridho kepada orang tua karena suatu hal yang membuat kita jengkel atas tingkah-lakunya yang tak kita ketahui apa yang sebenarnya terjadi.

Malam pun semakin larut. Tangan kananku menutup mulut yang berusaha untuk menguap-uap karena sudah mulai mengantuk. Kulihat mata istriku juga perlahan-lahan mulai meredup karena tak biasanya kita mengobrol sampai selarut ini. Namun mas dimas masih kelihatan segar padahal telah mengalami perjalanan yang panjang dari magelang – jogja – jakarta – sukabumi dan nanti akan kembali ke jakarta menjalankan misi sesungguhnya. Sehingga kita akhiri obrolan pada malam itu untuk istirahat karena bseok pagi saya harus berangkat kerja.

Misi mas dimas ke Jakarta adalah menemui ayah kami di Jakarta untuk melaksanakan musyawarah besar keluarga kita yang diwakili oleh mereka bertiga Mas Dimas, Reza Satri Kinayungan (adik saya) yang tinggal dan bekerja di WWF Unicef perwakilan Jakarta serta ayah kami Pak Naryo. Musyawarah nanti akan membahas tentang 2 hal, yaitu acara Silaturahmi saat lebaran nanti dan Dana bantuan segera berupa modal dari kita-kita untuk usaha bapak yang sedang digarap.

Kekuatan manfaat dari bersilahturahmi (The Power Of Silaturahmi) begitu besar bagi saya. Bisa belajar banyak dari setiap kejadian-kejadian kehidupan orang-orang terdekat yang bisa memberi hikmah. Waktu yang tepat untuk saling berbagi dan saling nasihat-menasihati. Oleh sebab itu kita selalu menjaga kesinambungan Silaturahmi antar keluarga dimana saja dan kapan saja. Terlebih di momen penting nanti seperti Hari Raya Idul Fitri. Momen ini kita gunakan dengan sebaik-baiknya untuk temu kangen dan temu sapa diantara keluarga yang sudah berpencar-pencar ke berbagai daerah di Indonesia. 


Bagi sahabat pembaca semua yang sedang melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman alias Mudik. Semoga dalam perjalanan diberikan keamanan dan kelancaran sehingga bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Dan semoga bisa memanfaatkan momen penting itu untuk bersilahturahmi dengan sanak-saudara, keluarga, kerabat serta para tetangga yang sudah tak sabar menunggu kedatangan Anda.

Dan pada malam hari ini saat yang tepat bagi saya untuk mengucapkan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam Indonesia di seluruh penjuru Nusantara dan belahan dunia, yaitu malam minggu tanggal 18 Agustus sebagai malam Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah; saya Pekik Aulia Rochman dan Keluarga ingin mengucapakan;

Selamat Hari Raya Idul Fitri tahun 1433 Hijriah
تقبل الله منا ومنكم 
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Semoga amal ibadah kita selama bulan Suci Ramadhan bisa diterima di sisiNya