Rabu, 19 September 2012

Menang atau Kalah, tetap Berhusnudzonbillah/ Positif Thingking



Hari ini adalah momen yang sangat menentukan nasib Kota Jakarta untuk 5 tahun ke depan. Tepat pada hari ini semua warga yang berdomisili dan memiliki KTP di Jakarta akan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik untuk memilih calon Gubernur. Sebagai bentuk pelaksanaan demokratisasi di Negeri Tercinta Indonesia.

Pilihan Saudara semua akan sangat menentukan masa depan kota Jakarta, berarti akan berpengaruh juga pada Saudara sendiri. Maka saya menghimbau untuk tetap memilih, diupayakan tidak sampai Abstain/netral/tak mencoblos. Bila Saudara merasa kedua calon tersebut tidak memberikan kontribusi bagi masa depan Saudara secara langsung, sesuai dengan pengalaman yang sudah-sudah, maka tidak ada salahnya berpikir positif bahwa siapaun pilihan Saudara nanti dan calon manapun yang akan menang sebagai Gubernur DKI adalah orang yang tepat, yang dapat membawa perubahan signifikan di berbagai bidang, khusunya peningkatan di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, hankam, penegakan keadilan hukum, dan seluruh aspek kehidupan.

Jika Saudara tidak memilih siapapun, itu juga tidak masalah karena memang hak Saudara. Apalagi dengan pengalaman-pengalaman pahit yang Saudara alami pada setiap pesta demokrasi diadakan, isinya hanya selalu dikecewakan oleh para Jargonnya masing-masing. Namun akan menjadi bermasalah jika mindset yang anda punya mungkin juga dimiliki oleh hampir seluruh warga Ibukota. Coba Saudara bayangkan? apa yang akan terjadi. Saya yakin Saudara bisa menjawabnya, Iya benar sekali jawabannya, sudah pasti yang dirugikan adalah rakyat sebab KPU akan menganggarkan kembali Pemilihan Calon Gubernur yang telah menelan anggaran tidak sedikit, padahal anggaran itu bisa dialokasikan ke pos-pos yang lebih bermanfaat.

Hanya satu alasan yang kuat, himbauan ini dibuat yaitu. "Allah akan selalu mengikuti persangkaan hambanya". Yang kalah harus tetap berlapang dada dan tetap yakin mungkin jargon yang dia pilih belum siap memimpin Ibukota Indonesia. Dan bagi menang tetap rendah diri, dan harus yakin bahwa Jargon yang dipilih siap untuk melaksanankan amanat ini dengan semangat jiwa 45 dengan didasari keinginan yang luhur yaitu mewujudkan keinginan warga kota Jakarta dan mewujudkan cita-cita yang dia kampanyekan.

Selamat berpesta di Pesta Demokrasi Pemilihan Calon Gubernur DKI
Semoga bisa berjalan dengan lancar, selamat, aman dan sukses, barokah
By;  Pekik …. Merdeka Nun Jauh dari kota Jakarta

Jumat, 14 September 2012

Antara Sang Teroris, Orang Tua dan Hati Nurani

Bismillah


Ilustrasi Polisi melawan Teroris
Belum selesai permasalahan berbau SARA yang tengah melanda bangsa Indonesia, kini banyak pemberitaan terutama di media elektronik tentang aksi-aksi terorisisme yang dilancarkan sekelompok orang yang menebar teror. Dan tidak tanggung-tanggung yang diancam adalah para aparat penegak hukum. Baik dengan cara mengirim surat kaleng maupun dengan membuat Short Video (Video berdurasi pendek) yang isinya juga adalah teror dan ancaman. Dilanjutkan dengan serangan berjibaku adu tembak Teroris versus Polisi.

Terorisme di Indonesia mulai berkembang biak setelah peristiwa aksi terorisme berskala internasional yang terjadi setahun setelah Era Millenium dirayakan secara besar-besaran, yaitu Runtuhnya  Gedung WTC (World Trade Centre) New York, Amerika Serikat tanggal  11 September 2001 yang hampir menelan korban jiwa sebanyak 3000 orang akibat ditabraknya dua pesawat komersil Amerika yang dibajak oleh teroris. Bermula dari kejadian itu, aksi terorisme mulai merebak ke berbagai wilayah negara, tak luput negara Indonesia juga menjadi target serangan kejam dari para teroris. Berbagai peristiwa aksi terorisme yang memporak-porandakan pertahanan dan keamanan negara Indonesia mencoret kinerja security alert, sistem hukum di Indonesia. Dan peristiwa yang sedang hangat terjadi adalah aksi terorisme di solo dan di depok dilakoni para teroris yang notabene masih tergolong para pemuda.

Terorisme menurut wikipedia adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Kegiatan Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya perbuatan teror digunakan apabila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja. Dan yang lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih sebagai psy-war

Peristiwa bom bali
Sangat sedih dan prihatin dan itulah yang dirasakan oleh penulis ketika mendengar kabar aski teroris yang mulai muncul kembali ke permukaan bumi pertiwi ini sehingga seolah-olah di Indonesia ini tidak ada lagi tempat aman. Bahkan para aparat penegak hukum dibuat kewalahan oleh ulah orang-orang tak berprikemanusian dalam aksi-aksi terornya. Bagiamana tidak dicap sebagai orang tak punya prikemanusiaan dan hati nurani, sedangkan akibat dari peristiwa terorisme amat sangat besar kerugiannya; banyak korban warga sipil yang tak berdosa meregang nyawa (Peristiwa berdarah 11/S/2001, 3000 orang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak meninggal akibat tertimbun berton-ton reruntuhan puing gedung WTC; Peristiwa Bom Bali menewaskan 184 rorang warga sipil), banyak yang menjadi korban luka-luka (sekitar 300 orang terluka akibat dari Peristiwa Bom Bali)[1], belum lagi banyak anak-anak kehilangan orang tua mereka sehingga menjadi yatim piatu (sekitar 1500 menjadi yatim piatu atas meninggalnya korban di WTC menurut Dana Yatim-Piatu Twins Tower), orang tua kehilangan anaknya, suami kehilangan istri, istri kehilangan suami, kerabat kehilangan saudara, sahabat kehilangan teman dsb. Terus bagaimana dengan keadaan kondisi fisik psikologi korban yang terluka, keluarga yang ditinggalkan, juga orang yang ikut menyaksikan langsung yang mengalami traumatik yang berkepanjangan sehingga menjadi gila. 

Kalau saja Sang teroris ini mau instropeksi jiwa, apakah mereka juga akan merasakan hal yang sama. Coba ikuti ilustrasi dialog jiwa penulis berikut ini;

Tanya Pak Bijak      : “jika semua keadaan yang dialami oleh orang-orang yang sudah disebutkan pada paragraf di atas menimpa pada keluarganya, kerabat, teman dan sahabatnya, apakah Saudara teroris ini akan merasakan hal yang sama?”

Jawab Sang Teroris    : “Apa yang Saudara utarakan memang ada benarnya, apa jadinya jika peristiwa itu menimpa pada diri, keluarga, sahabat, teman saya. Pastinya saya akan berperang dalam hati melawan semangat jihad perang dengan kesedihan yang mendalam. Dan mungkin saya sebagai manusia biasa, tetap akan terasa kesedihan itu walau saya tahu kalau semua itu adalah resiko dari jihad” (pikirnya yang sudah didoktrin oleh organisasi teroris).

Tanya Pak Bijak     : “Lalu bagaimana perasaan Saudara jika mengetahui kondisi orang tua Saudara yang selalu prihatin, sedih dan cemas dengan kondisi Saudara seperti sekarang ini. Sampai jatuh sakit bahkan sampai sakit keras? Dan bagaimana perasaaan Saudara kalau seluruh masyarakat Indonesia mengucilkan bahkan memusuhi orang tua Saudara, keluarga dan kerabat Saudara? Dan apa yang anda rasakan sebagai manusia yang hakikinya adalah makhluk sosial dan tidak mungkin hidup sebatang kara yang punya orang tua, istri, anak, keluarga dan kerabat, dan jika anggota Densus 88 dengan cara sangat keras ala Anti-Teror menggeledah, mengobrak-abrik rumah Saudara yang juga terkadang salah tangkap sehingga berujung korban terluka parah namun salah tangkap? Coba jawab!.....katakan!.... dengan keras apa yang Saudara rasakan di hati Saudara? Dimana hati nurani dan perikamanusiaan Saudara?

Lanjut Pak Bijak     :  “Apakah dengan nge-bom sana, nge-bom sini, yang juga dengan senang hati mengorbankan nyawa sendiri dengan membunuh orang per-orang atau secara masal pada orang-orang yang Saudara anggap salah, kafir, halal untuk dibunuh menjadikan Saudara ini menyandang sebagai Mujahid sejati, calon ahli surga???. Padahal yang kamu bom, yang kamu bunuh mungkin diantaranya ada yang ahli ibadah, ada yang taat beragama, ada yang tidak melakukan perbuatan syirik, ada orang yang beriman, ada beragama Islam, ada orang melaksanakan 5 rukun Islam dengan baik, ada temanmu sesama teroris namun sudah sadar, ada gurumu yang pernah mengajari merakit bom namun sudah insaf, ada keluarga dekat-jauhmu, dan yang paling tidak bisa diterima yaitu yang Saudara bom, bunuh ialah Saudara Sebangsa dan Setanah air” (Bangsa dan Tanah Air Indonesia).

Jawab Sang Teroris   : “Stop, Pak Bijak jangan diteruskan lagi”. (mata Sang teroris merah merona berlinang air mata dan wajahnya pusat pasi)

Lanjut Pak Bijak        : “Lalu apa yang menjadi landasan pemahaman agama Saudara, yang tidak taat kepada orang tua, membuat orang tua merasakan penderitaan yang sangat dalam atas ego dan kerasnya hati Saudara pada ideologi pemahaman agama yang sangat estrim ini, yang kau anggap sebagai solusi yang terbaik dengan membumihanguskan Saudara se-tanah airmu sendiri?”. 

Jawab Sang Teroris   : “Itu bagian dari resiko dalam melaksanakan jihad”, (lagi-lagi pemahaman yang sangat dangkal mengenai Jihad “Fii Sabilillah”).

Lanjut Pak Bijak    : “Lalu dimana letak kedudukan ilmu agama yang pernah kau pelajari bahwa “Surga itu ditelapak kaki ibu”[2], “Ridhonya Allah ada pada Ridhonya orang tua, murkanya Allah ada pada murkanya orang tua”[3]. Tak sadarkah kau hei.... Sang Teroris! bahwa kau ini telah membuat telapak kaki ibumu terbakar karena rasa sakit hatinya dimusuhi orang-orang dimananpun dia tinggal, karena anaknya telah di cap sebagai buronan Polisi sebagai Teroris. Dan juga telah membuat kedua orang tuamu murka karena membuat hidup mereka menjadi tidak aman, tidak khusuk beribadah, tidak diterima dimana-mana oleh masyarakat, juga tiba-tiba menjadi bulan-bulanan aparat penegak hukum, para wartawan, aktivis untuk mengorek segala informasi tentang keburukan anaknya ynag telah terjerumus jaringan teroris”. 

Jawab Sang Teroris  : “Apa benar begitu, Pak Bijak. Masya Allah, bagaimana itu tidak pernah sampai terpikirkan oleh saya. Apakah karena saya terlalu bersemangat dengan membabi-buta menebar teror sebagai kewajiban yang akan meningkatkan derajat saya di Surga (itu hanya anggapan Sang teroris yang terlalu ekstrim melenceng dari keyakinan Agama, padahal semua Agama mengajarkan Kebaikan).  Padahal saya sudah tahu bahwa orang tua adalah orang nomor satu yang memberi akibat, apakah saya ini bisa masuk surga ataukah neraka. Dan saya pun masih ingat bagaimana akibat dari melukai, menyakiti, bahkan hanya berkata “hus/ah” saja karena tidak taat atas perintah orang tua yang tidak melanggar perintah Allah dan Rosul dilarang dalam Al-Qur’an, pasti nerakanya[4]. Disamping itu saya juga tahu, meski itu hanya dongeng cerita fiksi rakyat, seperti cerita maling kundang yang mendurhakai ibunya akhirnya menjadi batu”. (Sang teroris mulai berinteropeksi dalam dirinya apakah yang dia lakukan ini benar atau salah)

Lanjut Pak Bijak : “Dongeng maling kundang yah. Bagaimana kalau saja berandai-andai ada dongeng lanjutan tentang anak-anak yang durhaka pada orang tua, karena sudah terlalu sering menyakiti, selalu membuat sakit hati, membangun murka dan hati tidak ridho berkepanjangan mengetahui anak-anaknya bergabung dengan organisasi teroris, yang akhirnya tak sengaja para orang tua mereka melaknat (mendo’akan jelek)  anaknya menjadi batu seperti cerita dongeng maling kundang. Maka negeri dongeng Indonesia menjadi aman, tentram, damai dari kegananasan dan radikalisme teroris, karena mereka semua telah menjadi batu”.

Do’a Pak Bijak    : Semoga Allah membuka pintu hati Sang Teroris agar terbebas dari kegelapan yang tiada henti sehingga bisa kembali ke jalan yang penuh cahaya, jalan yang diridhoi Allah dan orang tuanya.  Bisa memahami dengan jelas dan baik apa arti jihad di jalan Allah yang sesungguhnya, dan bisa sesuai menempatkan apa arti kafir kepada Allah (tidak percaya dengan Allah) karena hahikinya kafir dan iman adalah hak prerogatif Allah, yang berhak secara mutlak menghukumi seseorang itu kafir adalah Allah SWT.  Aamiin,                                                                     
Bahkan dalam beberapa sabda beliau Nabi Muhammad SAW telah disebutkan sebagai antisipasi atas vonis peng-kafiran terhadap orang lain, berikut dibawah ini;
  1. Hadits  ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma dimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya: ‘Wahai kafir!’ maka pasti ungkapan tersebut kembali kepada salah satu di antara dua orang itu, jika benar-benar seperti yang dia ucapkan, dan kalau tidak maka ungkapan tadi akan kembali kepada orang yang mengatakan sendiri.” [HR. Muslim  dan Ahmad]
  2. Hadits Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, dimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Barangsiapa memanggil seseorang dengan kekafiran atau dengan ucapan: ‘Wahai musuh Allah!’, sedangkan faktanya tidak demikian melainkan akan kembali kepadanya.” [HR. al-Bukhari dalam ‘Adabul Mufrad dan Muslim]
  3. Hadits Abu Dzar yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Imam Bukhari dalam Shahihnya, Beliau juga bersabda: “Tiada seseorang melempar (ucapan kepada) orang lain dengan kefasikan maupun kekufuran, melainkan ucapan tersebut pasti kembali kepadanya, jika temannya (yang dicela) itu tidak ada sifat yang demikian.” [HR. al-Bukhari  dalam kitab Shahih-nya dan Ahmad]
Sekian ilustrasi dialog jiwa  penulis yang akan selalu memegang ideologi keyakinan agama islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sampai ajal menjemput.

Semoga Allah selalu memberi hikmah dan hidayahNya. Aamiin 
 
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme 
  2. Rosulallah SAW bersabda; “Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada ibumu, karena     sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya.” [HR. Imam Nasa’i dan Thabrani dengan sanad hasan] 
  3. Rosulallah SAW bersabda; “Ridho Allah di dalam Ridhonya orang tua, Murka Allah di dalam murkanya orang tua” [HR. Tirmidzi] 
  4. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Isra’ : 23 ]

Sabtu, 08 September 2012

Bijak dalam Menyikapi Kelebihan dan Kekurangan

Bismillah

Right of the picture above belong to claudeaberin.blogspot.com

Semua makhluk ciptaan Allah memiliki kelemahan dan kelebihan, salah satunya adalah manusia. Manusia pertama yang diciptakan Allah berasal dari tanah yaitu Nabi Adam[1]. Seperti yang diketahui bahwa tanah di bumi ini tidak memiliki struktur ketahanan yang kuat, sepadat apapun tanah yang menggumpal jika diremas atau dibanting biasanya akan hancur menjadi butiran-butiran kecil. Itu menandakan tanah adalah benda yang lemah (Memang dalam bahasa jawa, tanah disebut dengan lemah). Namun dibalik kelemahan pertanahan di bumi ini, tanah menyimpan banyak fungsi loh..., diantaranya;
  1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
  2. Persediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman
  3. Sebagai tempat hidup biota tanah
  4. Sebagai pelindung dari serangan hama dan penyakit
Nabi Adam yang menyandang gelar Alaihissallam (AS) yang berarti doa berupa “Semoga Allah senantiasa memberi keselamatan pada Nabi Adam” adalah nenek moyang manusia yang juga memiliki sifat sejenis dengan tanah yaitu memiliki kelemahan dan kelebihan (jadi nenek moyang manusia adalah manusia bukan kera seperti diutarakan dan dibangga-banggakan oleh kang mas Darwin Almarhum)[2]. Setelah Allah mencipatkan nabi Adam, kemudian ditempatkan ke dalam surga (bukan surga sesungguhnya yang nanti akan ditempati orang-orang yang beriman kepada Allah). 

Allah yang Maha Tahu faham sekali dengan keadaan Nabi Adam, meskipun dia hidup serba enak didalam surga akan tetapi ada sesuatu yang hilang dalam jiwanya sehingga hidup di surga terasa hampa. lalu muncullah sosok Hawa sebagai pendamping hidup yang diciptakan Allah dari tulang rusuk nabi Nabi Adam[3]. Hawa yang berjenis kelamin perempuan inilah yang membuat jiwa nabi Adam merasa tenang dan tentram. Akhirnya keduanya hidup bahagia di surga. 

Rupa-rupanya, selama Allah berurusan dengan Nabi Adam, ada sesosok yang selalu mengawasi. Adalah Iblis yang kemudian nanti akan menjadi nenek moyang para Setan yang selalu mengontrol gerak-gerik Nabi Adam. Iblis sangat benci dengan Nabi Adam. Kebenciannya muncul ketika Allah perintah kepada seluruh makhluk ciptaannya, yaitu Malaikat dan juga Iblis untuk sujud penghormatan kepada Nabi Adam. Karena nabi Adam hanya berasal dari tanah, sedangkan dirinya diciptakan dari api, maka pada saat itu iblis dengan sombong tidak mau sujud karena merasa direndahkan. Sejak saat itulah dia meminta kepada Allah untuk diberi ijin agar selalu bisa menggoda Nabi Adam dan keturunannya sampai hari kiamat jauh dari jalan yang benar (Di jalan-jalan Allah “Fii Sabilillah”). Itu sebagai pengganti hukumannya sebelum dia disiksa di Neraka Jahannam. Padahal pada saat dia melakukan kesalahan dengan tidak mau sujud penghormatan kepada nabi Adam, Allah telah memerintahnya untuk bertobat. Dan jika dia mau melaksanakan perintah tobat, dia masih memiliki kesempatan untuk bisa masuk ke dalam surga[4]. Namun dia lebih memilih untuk menjerumuskan nabi Adam dan anak turunnya bersama-sama masuk ke dalam neraka karena seluruh pikirannya sudah tertutup dengan kebencian yang begitu amat besar, sehingga menjadi buta. Buta mata, buta hati dan buta pikiran.

Kebahagiaan Nabi Adam dan Hawa yang di lalui hari demi hari pun tak berlangsung lama, karena sejak saat Iblis bersumpah untuk menggoda Nabi Adam dan anak turunnya, maka sejak saat itu pula Iblis berupadaya dengan berbagai macam cara untuk menyesatkan keduanya agar menentang perintah Allah. Salah satu isi dari perintah Allah kepada Nabi Adam dan Hawa adalah selama berada di surga ada satu syarat yang tidak boleh dilanggar, yaitu tidak boleh mendekati apalagi sampai memakan buah salah satu pohon di surga. Konon menurut cerita pohon dan buahnya itu bernama khuldi, yang berarti kekal. Tapi sesungguhnya nama pohon dan buah khuldi ini berasal dari Iblis yang sengaja memberi nama tersebut sebagai satu diantara sekian banyak strategi liciknya untuk menggoda nabi Adam dan hawa. 

Awalnya iblis menggoda berkali-kali nabi Adam secara terang-terangan supaya memakan buah yang dilarang oleh Allah dengan rayuan bahwa dengan memakan buah itu akan memberi kehidupan yang kekal abadi di dalam surga, tentu dengan kebohongan Iblis bahwa surga yang ditempatinya tidaklah kekal. Namun nabi Adam sama sekali tidak terpengaruh dengan rayuan Iblis. Tak berhenti untuk menggoda Iblis pun mengambil langkah strategi licik yang lain yaitu menghasut istri nabi Adam. Mula-mula hawa tidak termakan dengan hasutannya, tapi karena upadaya iblis yang terus menerus menggoda dengan rayuan, bujukan yang manis-manis pada akhirnya hawa pun terhasut.

Disinilah kelemahan seorang wanita, tatkala sudah lama tidak mendapatkan siraman kebaikan rohani, ketika segala bujukan, rayuan hasutan yang serba manis datang bertubi-tubi kepadanya maka akan mudah terhanyut. Karena memang wanita diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam yang paling bengkok. Pernah dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW bahwa dengan adanya wanita tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, manakala tulang rusuk itu dibiarkan saja, maka tetap akan bengkok, dan jika tulang tersebut sengaja diluruskan dengan keras dan kasar, bukannya akan lurus namun akan patah[3]. Artinya wanita butuh untuk selalu di arahkan dengan nasihat-nasihat yang baik secara berkala agar memiliki kekuatan dan keteguhan iman dalam hati.

Keberhasilan hasutan iblis kepada hawa ternyata sangat cerdik nan picik, tidak hanya mengajak hawa untuk melanggar perintah Allah, namun juga mengelabui hawa untuk mengajak suaminya Kakanda nabi Adam agar mau makan buah khuldi sehingga bisa hidup bersama selama-lamanya di surga itu. Nah, tibalah giliran kelemahan nabi Adam yang mulai terlihat, dengan kelembutan dan rayuan manis yang dibuat oleh hawa juga karena atas nama cinta dan kasih sayang yang terkadang disalahgunakan sehingga nabi Adam ikut terhasut untuk makan buah khuldi tersebut, melupakan segala ketaqwaan dan ketaatannya kepada Allah. Karena telah melanggar perintah Allah dengan memakan buah yang disebut oleh Iblis dengan buah khuldi, Adam dan Hawa diperintah oleh Allah untuk bertobat. Kemudian sebagai penebus dosa mereka berdua akhirnya disiksa dengan cara dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke dunia untuk menjalankan ibadah kepada Allah pada kehidupan di dunia sampai akhir hayat mereka.

Dengan gambaran cerita diatas, penulis hanya mengambil sudut pandang bahwa manusia hakikatnya tidak ada yang sempurna. Sudah dapat diketahui dengan jelas bahwa nabi Adam saja sebagai manusia pertama ciptaan Allah yang dianggap sempurna karena bisa membuat para Malaikat yang tercipta dari cahaya dan Iblis yang berasal dari api sujud di hadapannya sebagai rasa hormat, atas perintah Allah. Meskipun demikian tetap saja nabi Adam adalah manusia yang pernah melakukan kesalahan, yang tidak sempurna karena memiliki kelebihan dan kekurangan. 

Penulis menggaris bawahi bahwa dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki setiap insan, maka diperlukan kesadaran. Untuk itu manusia janganlah menjadikan kelemahannya sebagai alasan untuk menyerah dan pasrah saja. Seperti misalnya, minder, tidak percaya diri, rasa khawatir, tidak pintar, kurang peka dengan orang lain, tidak bisa begini-begitu, kurang bisa ini-itu dan sifat-sifat lemah lainnya, yang pada akhirnya hanya membesarkan kelemahan itu sendiri. Begitupun dalam menyikapi kelebihan, tidaklah bijak menggunakan kelebihan yang dimiliki kalau hanya ingin menunjukan kepada orang lain bahwa dialah yang terunggul, yang paling kuat, paling pintar, paling survive dan saudaranya mas paling-paling lainnya, sehingga tingkah angkuh nan sombong pun tumbuh subur dalam jiwa, rasa ego semakin tinggi dan akhirnya memicu sifat-sifat buruk lainnya. Yang baik adalah dengan kelebihan yang dimiliki manusia diharapkan mampu mengurangi dan menutupi kelemahannya itu.

Karena dalam tahap proses belajar dalam dunia penulisan, jadi pendalaman dalam mengambil hikmah cerita yang disampaikan diatas masih terbatas. Sebenarnya ada satu pesan yang ingin dituangkan oleh penulis atas ide yang muncul, sehingga ada tulisan ini. Semoga ada kaitannya dengan artikel diatas. Ide gagasannya adalah “Dengan berani memulai kebiasaan positif yang baru, menggunakan kelebihan yang dimiliki, diawali oleh niat dan tekad yang kuat serta penuh dengan optimisme (yakin dan berpikir positif bahwa saya mampu), berdo’a dengan sungguh-sungguh, maka akan tercipta perubahan signifikan yang mengarah pada perbaikan diri, bisa menambah kelebihan kemampuan,  mengurangi kelemahan, dan bahkan sampai bisa menutupi kekurangan yang ada. Juga mampu mendongkrak batas-batas pemikiran yang selama ini dianggap tidak mungkin”. Sama halnya tanah sebagai benda yang dipilh oleh Allah untuk menciptakan nabi Adam. Tanah memang lemah, namun dibalik kelemahannya tanah menyimpan banyak manfaat, seperti yang telah disebutkan di awal artikel ini. Dengan semakin menggali potensi yang dimiliki tanah, lambat laun tanah akan selalu diketahui sebagai benda yang memberi banyak manfaat bagi manusia bukan hanya sekedar sebongkah tanah yang lemah.

Untuk memperkuat ide gagasan tadi, penulis akan mencoba memberi contoh. Katakanlah ada seorang lelaki yang sederhana bernama Azka, dia punya impian ingin mencoba menjadi penulis. Pada awalnya dia sangat ragu dan pesimis kalau dia bisa menulis, karena memang sama sekali tidak memiliki potensi dalam hal tulis-menulis. Dia langsung terbayang akan nilai-nilai buruk bahasa Indonesia yang selalu mewarnai kehidupan ber-sekolahnya di masa lalu, setiap kali diminta untuk membuat tulisan karangan. Suatu ketika dia mencoba memberanikan diri untuk memulai hal baru yang dia anggap itu tak mungkin, yaitu menulis, mengarang, membuat berbagai macam artikel. Dengan niat dan tekadnya yang sangat kuat akhirnya dia mencoba belajar membuat tulisan. Setelah itu, ada yang berubah pada kebiasaan yang dimiliki Azka, tiba-tiba ia mulai senang membaca. Dia membaca setiap menemui artikel bacaan di depannya, baik buku, majalah, koran, atau artikel-artikel di situs-situs internet, sampai-sampai buku setebal 600 halaman tamat dibacanya, padahal seumur hidup dia tidak hobi membaca. Itulah efek baik yang ditimbulkan dari memiliki kebiasaan menulis, yaitu butuh banyak referensi bacaan untuk menunjang seseorang untuk membuat tulisan. 

Azka pun mulai asyik dengan menulis, karena dia telah menemukan formula yang mutakhir dalam membuat sebuah tulisan, karangan, ataupun artikel, yaitu “menulis dengan bebas”. Dengan semangat 45 yang menderu-debu tulisan demi tulisan pun ia buat. Awalnya tulisan itu dibuat secara sederhana yaitu hanya memakai lembaran-lembaran kertas ukuran A4, buku tulis juga sebuah bulpen dan disimpan untuk pribadinya saja, layaknya tulisan diari. Lalu dia terbangun pemikiran bahwa tulisan yang disimpan untuk sendiri tidak akan mendapat koreksi dari orang lain, maka tulisannya tidak akan ada peningkatan dalam segi kualitas. Maka dia berniat untuk memiliki sebuah laptop dengan cara menabung, agar memudahkan dalam menulis dan tulisan-tulisannya pun bisa dipublikasikan dalam dunia maya. Setelah tabungannya cukup, belajar menulis pun berpindah dari era manual menjadi era tulisan digital. Dan dia mulai memberanikan diri untuk membuat blog sebagai salah satu cara untuk mempublikasikannya. Dengan cara inilah, dia mendapat kritik, saran dari para Super Blogger (pengguna blog yang mahir dalam membuat artikel dalam blog) dan secara tidak langsung dia dipaksa untuk berpikir keras agar tulisan yang ia buat bisa memberi manfaat dan bisa enak dibaca para pembaca blog budiman di seluruh penjuru dunia maya.

Semakin sering menulis, nampaknya Azka telah menemukan jalan agar tulisan yang ia buat itu bisa mengalir. Seseorang yang membiasakan menulis apapun, dengan kerapatan jarak antara kegiatan menulis dengan kegiatan lain-lain sangat tipis, maka tidak lama dia akan menemukan sebuah karakter yang baru dalam hal menulis, yaitu “Writing System atau Writing oriented”. Mungkin Azka telah menemukan sedikit karakter itu. Karena hal itu pula, Azka akhirnya memiliki kebiasaan baru. Dia memilih untuk menulis saat malam dini hari, karena dianggap lebih efektif dan produktif. Setiap malam hari dia sengaja terlelap tidur di awal malam setelah sholat Isya, sekitar pukul 21.00 WIB atau paling malam pukul 22.00 WIB. Dan pada saat malam pukul 01.00 WIB atau 02.00 WIB dini hari dia membiasakan bangun untuk mulai menulis. Tidak lama setelah membiasakan bangun malam dini hari untuk menulis, secara otomatis Azka bisa bangun pada setiap malam dini harinya. Tentu saja, kebiasaan baru yang sangat positif ini tidak disia-siakan olehnya. Sebelum menulis atau tengah dalam proses menulis, Azka memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan sholat dan berdo’a di 1/3 malam yang akhir tiap pukul 02.00 WIB dini hari. Dan sungguh sangat tidak dipercaya, kebiasaan buruknya yang dulu sering tidur setelah sholat subuh, semenjak dia memulai kebiasaan baru itu, berubah total, Azka tak lagi tidur setelah subuh karena sudah terbiasa dengan menulis.Subhanallah, Alhamdulillah.                                       

Semoga Allah memberi banyak hikmah dari tulisan terbatas diatas. Aamiin
Alhamdulillah

Footnotes:
1.       QS Shaffat (37) : Ayat (11), QS Shad (38) : Ayat (71)
2.       QS Assaj’dah (32) : Ayat (7)
3.       QS An-nissa (4) : Ayat (1), HR Bukhori No 3084
4.       QS Al-Hijr (15) : Ayat (27-40)

HR Bukhori No 3084 - Nabi Bersada; “Nasihatilah para wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok bagian paling atas. Jika kamu ingin mencoba mleuruskannya dia akan patah, dan jika dibiarkan, maka dia pun tetap akan bengkok".