Rabu, 15 Agustus 2012

The Power of Silaturahmi Part I

Bismillah
  • Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa’:1) 
  • Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa yang suka diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia melakukan silaturahmi.” (HR Muslim)
  • Rasulullah saw. bersabda yang artinya, 'Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan ikatan rahim.” (HR Bukhori Muslim)


Kemarin saya baru saja mendapat pengertian anyar tentang penjelasan kata Transkrip yang kudapatkan dari internet. Yang selama ini kata itu kutahu hanya dipakai pada penilaian di Ijazah, rapot sekolah yang biasanya disebut sebagai ”Transkrip Nilai”. Ternyata artinya tidak hanya sebatas memberi penilaian namun menurut pengertian yang saya baca bahwa mentranskrip adalah mengambil bahasan lisan ke dalam bentuk tulisan.
Nah, karena sudah dapat ilmu baru, saya akan mencoba untuk mentraskrip sesuatu yang telah kudapatkan saat kedatangan seseorang ke rumah. Dan sejak kedatangan itu, ada manfaat yang memancar dalam jiwa yang belum pernah saya rasakan setelah 1 tahun lamanya tak bertatap muka karena jarak yang memisahkan kita. Tidak begitu jauh sih, dan juga tak sampai menyeberang lautan hanya antar provinsi saja, antara Sukabumi dan Magelang.
Sebenarnya Mas Dim (nama panggilan akrab kepada kakak kandung saya yang memiliki nama lengkap Dimas) bermaksud untuk pergi ke Jakarta sambil membawa misi. Dan misinya adalah untuk menemui ayah kami. Namun karena antara Jakarta dan Sukabumi yang jarak tempuh tidak begitu jauh hanya dipisahkan oleh kota Depok dan Bogor, akhirnya dia memutuskan untuk bersilaturahmi ke gubuk saya. Sekaligus dia ingin menjenguk putra kedua saya Azkari Zavair Ramadhan yang lahir pada tanggal 27 juli lalu.
Pada hari Senin, malam hari sekitar pukul 18.30 WIB setibanya di terminal Sukabumi, saya langsung menjemputnya. Setelah tiba di rumah saya, mas dim langsung memberikan oleh-oleh berupa beberapa bungkus sedang gulai kambing dan 1 bungkus rendang serta satu wadah kue lebaran yang berisi coklat-coklat terbungkus sembari berkata “Ini ki, mas dimas nggak bisa bawa apa-apa” ujar mas dimas dengan rendah hatinya yang memiliki seorang istri dan dikaruniai 5 orang anak namun tinggal 4  karena 1 meninggal dunia ketika masih balita.
Kami pun mulai ngobrol-ngobrol selepas mengerjakan sholat Isya dan sholat tarawih berjamaah di rumah. Kami begitu asyik ngobrol samapai akhirnya menarik perhatian istri saya yang baru sembuh dari masa persalinan cesar tanggal 27 juli lalu juga nimbrung obrolan kami. Mas dim banyak bercerita tentang kehidupan sehari-harinya.
Pada saat kami ngobrol ada yang berbeda dari pancaran wajah mas dim, setelah sekian lama kami tidak ngobrol-ngobrol semenarik ini. Saya merasakan wajahnnya begitu tenang, damai seolah-olah hidup ini tanpa beban, waktu itu. Setiap kali dia berbicara tentang cerita kehidupannya tiba-tiba jiwa saya bergetar merasakan kagumnya kepada kakak saya yang satu ini. 
Memang mas dim tergolong orang yang ulet, rajin, sabar, suka menolong orang, telaten, suka menjaga kebersihan terutama kebersihan diri sampai-sampai dia dikatakan adik saya oleh orang-orang yang belum tahu setiap bertemu kami berdua, baby face kali yah, namun kalau masalah ketampanan saya tidak kalah (muji diri biar kagak minder..hehe). Ini terbutki, adik-adik saya Sakti Maulana Al-Kautar, Prima Nurani Fauziah, Imania Puspatama, Reza Satria Kinayungan yang kuliah di UGM Yogyakarta di urusi dari mulai pendaftaran sampai masuk kuliah, mencari tempat buat kost-kostan dan segala kebutuhan yang mereka butuhkan sampai selesai kuliah pun betul-betul dibantu. Kebetulan waktu itu, mas dimas pernah bekerja dan juga pernah kuliah di UGM D3 Sistem Informasi di kota itu, jadi tahu betul kawasan belajar Yogyakarta. Dan masih banyak lagi riwayat hidup baiknya yang tidak sempat saya tulis disini.
Inti pelajaran hidup yang paling berharga dari obrolan yang kami lakukan sampai larut malam diantarnya;
Pelajaran Pertama, dia cerita bahwa pentingnya untuk memiliki tekad yang kuat untuk berbuat baik. “Ingat yah ki, kalau kamu punya niat baik, ditoto (bahasa jawa, indonesianya “ditata”), kemudian kamu jaga betul niat itu. Jangan sampai berubah walau apapun godaannya” sahut mas Dimas yang telah bertahun-tahun mendaftar mencari peruntungan menjadi PNS selama bertahun-tahun setelah selesai kuliah tahun 2007 namun tak tercapai jua. Memang tidak salah apa yang dikatakannya. Bukti yang paling kuat adalah di depan mata saya sendiri. Mas dimas tinggal bersama mertuanya selama kurun waktu 7 tahun lebih tak pernah pindah, meski jika dia ingin pindah pun sangat mampu karena memang istrinya Arifah Nurhayati Alhamdulillah sudah Pegawai Negeri Sipil dan bekerja jadi guru Olah Raga di salah satu SD desa di kota Magelang sejak 7 tahun lalu.
Tinggal bersama mertua selama bertahun-tahun dalam satu rumah lumayan besar yang hanya dipisahkan oleh kamar-kamar bukanlah perkara yang mudah. Seperti kakak saya yang satu lagi Mas Bayu Mahardika Rizal yang juga tinggal di Yogyakarta dan lebih dulu membantu, mengurusi adik-adiknya kuliah di Yogyakarta termasuk mas Dimas sendiri dibantu olehnya pernah tinggal dengan mertua, katanya tidak sampai 1 minggu sudah tidak betah.
Begitupun saya, pernah tinggal bersama mertua setelah menikah di Way Kanan Lampung Utara selama 2 minggu kemudian memboyong istri pulang ke kampung saya. Padahal kebun karet seluas 1 hektar kurang sedikit sudah disiapkan, tinggal saya mau apa tidak untuk deres pohon karet itu (deres; menguliti kulit pohon karet dengan pisau deres untuk diambil getahnya). Pernah saya mencoba beberapa hari belajar untuk deres karet, hasilnya lumayan sih (lumayan hancur, getahnya tak mengalir sesuai jalur yang saya buat). Semakin saya belajar semakin hancur pula pohon jadinya. Masalahnya pohon karet yang dikuliti tidak sesuai SOP (standard operational procedure) jadi bukannya memberi getah yang maksimal justru malah menambah derita si pohon karet itu karena rusak dan lama-kelamaan akan mati. Kasihan sekali tuh pohon-pohon yang saya kuliti.
Alasan kepindahan saya bukan karena tak becus menjadi petani karet, namun karena saya punya pekerjaan di kampung saya Cirebon dan saya memiliki cita-cita akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi menjadi orang yang berguna bagi keluarga, kerabat, masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia insya Allah. Aamiin.
Jika saya benar tinggal bersama mertua mungkin insya Allah tidak akan mampu tinggal berlama-lama bersama mertua selama bertahun-tahun dengan berbagai macam problematika keluarga yang dicampurtangani orang tua.
Tapi bagi mas dimas tidak ada kata menyerah, pusing atau tak betah untuk tinggal bersama mertua. Bayangkan! Selama 7 tahun lebih dengan segala permasalahan pribadi keluarga yang senantiasa di ketahui orang tua, sampai mas dimas memiliki 5 orang anak, namun mas dimas tetap sabar. Ini hasil tekad kuat mas dimas yang tak pernah goyah dengan godaan semanis apapun agar mendapatkan barokahnya merawat orang tua. Dan Alhamdulillah segala kebutuhan dirinya, istri dan 4 orang anak-anaknya mas dimas terpenuhi bahkan bisa turut membantu mertuanya jika ada rizki lebih, walaupun mas dimas masih mencari pekerjaan kesana-kemari membawa-bawa ijazah D3-nya tetap saja belum punya pekerjaan yang menetap dan mapan gajinya, waktu itu.
Bersambung.......