- Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa’:1)
- Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Barang siapa yang suka diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia melakukan silaturahmi.” (HR Muslim)
- Rasulullah saw. bersabda yang artinya, 'Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan ikatan rahim.” (HR Bukhori Muslim)
Kemarin saya baru saja mendapat pengertian anyar tentang penjelasan kata
Transkrip yang kudapatkan dari internet. Yang selama ini kata itu kutahu hanya
dipakai pada penilaian di Ijazah, rapot sekolah yang biasanya disebut sebagai
”Transkrip Nilai”. Ternyata artinya tidak hanya sebatas memberi penilaian namun
menurut pengertian yang saya baca bahwa mentranskrip adalah mengambil bahasan
lisan ke dalam bentuk tulisan.
Nah, karena sudah dapat ilmu baru, saya akan mencoba untuk
mentraskrip sesuatu yang telah kudapatkan saat kedatangan seseorang ke rumah.
Dan sejak kedatangan itu, ada manfaat yang memancar dalam jiwa yang belum
pernah saya rasakan setelah 1 tahun lamanya tak bertatap muka karena jarak yang
memisahkan kita. Tidak begitu jauh sih, dan juga tak sampai menyeberang lautan
hanya antar provinsi saja, antara Sukabumi dan Magelang.
Sebenarnya Mas Dim (nama panggilan akrab kepada kakak kandung saya
yang memiliki nama lengkap Dimas) bermaksud untuk pergi ke
Jakarta sambil membawa misi. Dan misinya adalah untuk menemui ayah kami. Namun
karena antara Jakarta dan Sukabumi yang jarak tempuh tidak begitu jauh hanya
dipisahkan oleh kota Depok dan Bogor, akhirnya dia memutuskan untuk
bersilaturahmi ke gubuk saya. Sekaligus dia ingin menjenguk putra kedua saya
Azkari Zavair Ramadhan yang lahir pada tanggal 27 juli lalu.
Pada hari Senin, malam hari sekitar pukul 18.30 WIB setibanya di
terminal Sukabumi, saya langsung menjemputnya. Setelah tiba di rumah saya, mas
dim langsung memberikan oleh-oleh berupa beberapa bungkus sedang gulai kambing
dan 1 bungkus rendang serta satu wadah kue lebaran yang berisi coklat-coklat
terbungkus sembari berkata “Ini ki, mas dimas nggak bisa bawa apa-apa” ujar mas
dimas dengan rendah hatinya yang memiliki seorang istri dan dikaruniai 5 orang
anak namun tinggal 4 karena 1 meninggal
dunia ketika masih balita.
Kami pun mulai ngobrol-ngobrol selepas mengerjakan sholat Isya dan
sholat tarawih berjamaah di rumah. Kami begitu asyik ngobrol samapai akhirnya
menarik perhatian istri saya yang baru sembuh dari masa persalinan cesar
tanggal 27 juli lalu juga nimbrung obrolan kami. Mas dim banyak bercerita
tentang kehidupan sehari-harinya.
Pada saat kami ngobrol ada yang berbeda dari pancaran wajah mas
dim, setelah sekian lama kami tidak ngobrol-ngobrol semenarik ini. Saya
merasakan wajahnnya begitu tenang, damai seolah-olah hidup ini tanpa beban,
waktu itu. Setiap kali dia berbicara tentang cerita kehidupannya tiba-tiba jiwa
saya bergetar merasakan kagumnya kepada kakak saya yang satu ini.
Memang mas dim tergolong orang yang ulet, rajin, sabar, suka
menolong orang, telaten, suka menjaga kebersihan terutama kebersihan diri
sampai-sampai dia dikatakan adik saya oleh orang-orang yang belum tahu setiap
bertemu kami berdua, baby face kali yah, namun kalau masalah ketampanan saya
tidak kalah (muji diri biar kagak minder..hehe). Ini terbutki, adik-adik saya
Sakti Maulana Al-Kautar, Prima Nurani Fauziah, Imania Puspatama, Reza Satria
Kinayungan yang kuliah di UGM Yogyakarta di urusi dari mulai pendaftaran sampai
masuk kuliah, mencari tempat buat kost-kostan dan segala kebutuhan yang mereka
butuhkan sampai selesai kuliah pun betul-betul dibantu. Kebetulan waktu itu,
mas dimas pernah bekerja dan juga pernah kuliah di UGM D3 Sistem Informasi di
kota itu, jadi tahu betul kawasan belajar Yogyakarta. Dan masih banyak lagi
riwayat hidup baiknya yang tidak sempat saya tulis disini.
Inti pelajaran hidup yang paling berharga dari obrolan yang kami
lakukan sampai larut malam diantarnya;
Pelajaran Pertama, dia cerita bahwa pentingnya untuk memiliki tekad
yang kuat untuk berbuat baik. “Ingat yah ki, kalau kamu punya niat baik, ditoto
(bahasa jawa, indonesianya “ditata”), kemudian kamu jaga betul niat itu. Jangan
sampai berubah walau apapun godaannya” sahut mas Dimas yang telah
bertahun-tahun mendaftar mencari peruntungan menjadi PNS selama bertahun-tahun
setelah selesai kuliah tahun 2007 namun tak tercapai jua. Memang tidak salah
apa yang dikatakannya. Bukti yang paling kuat adalah di depan mata saya
sendiri. Mas dimas tinggal bersama mertuanya selama kurun waktu 7 tahun lebih
tak pernah pindah, meski jika dia ingin pindah pun sangat mampu karena memang
istrinya Arifah Nurhayati Alhamdulillah sudah Pegawai Negeri Sipil dan bekerja jadi guru
Olah Raga di salah satu SD desa di kota Magelang sejak 7 tahun lalu.
Tinggal bersama mertua selama bertahun-tahun dalam satu rumah lumayan
besar yang hanya dipisahkan oleh kamar-kamar bukanlah perkara yang mudah.
Seperti kakak saya yang satu lagi Mas Bayu Mahardika Rizal yang juga tinggal di
Yogyakarta dan lebih dulu membantu, mengurusi adik-adiknya kuliah di Yogyakarta
termasuk mas Dimas sendiri dibantu olehnya pernah tinggal dengan mertua,
katanya tidak sampai 1 minggu sudah tidak betah.
Begitupun saya, pernah tinggal bersama mertua setelah menikah di
Way Kanan Lampung Utara selama 2 minggu kemudian memboyong istri pulang ke
kampung saya. Padahal kebun karet seluas 1 hektar kurang sedikit sudah
disiapkan, tinggal saya mau apa tidak untuk deres pohon karet itu (deres;
menguliti kulit pohon karet dengan pisau deres untuk diambil getahnya). Pernah saya
mencoba beberapa hari belajar untuk deres karet, hasilnya lumayan sih (lumayan hancur,
getahnya tak mengalir sesuai jalur yang saya buat). Semakin saya belajar
semakin hancur pula pohon jadinya. Masalahnya pohon karet yang dikuliti tidak
sesuai SOP (standard operational procedure) jadi bukannya memberi getah yang
maksimal justru malah menambah derita si pohon karet itu karena rusak dan
lama-kelamaan akan mati. Kasihan sekali tuh pohon-pohon yang saya kuliti.
Alasan kepindahan saya bukan karena tak becus menjadi petani karet,
namun karena saya punya pekerjaan di kampung saya Cirebon dan saya memiliki
cita-cita akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi menjadi orang yang
berguna bagi keluarga, kerabat, masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia insya
Allah. Aamiin.
Jika saya benar tinggal bersama mertua mungkin insya Allah tidak
akan mampu tinggal berlama-lama bersama mertua selama bertahun-tahun dengan
berbagai macam problematika keluarga yang dicampurtangani orang tua.
Tapi bagi mas dimas tidak ada kata menyerah, pusing atau tak betah untuk
tinggal bersama mertua. Bayangkan! Selama 7 tahun lebih dengan segala
permasalahan pribadi keluarga yang senantiasa di ketahui orang tua, sampai mas
dimas memiliki 5 orang anak, namun mas dimas tetap sabar. Ini hasil tekad kuat
mas dimas yang tak pernah goyah dengan godaan semanis apapun agar mendapatkan
barokahnya merawat orang tua. Dan Alhamdulillah segala kebutuhan dirinya, istri
dan 4 orang anak-anaknya mas dimas terpenuhi bahkan bisa turut membantu
mertuanya jika ada rizki lebih, walaupun mas dimas masih mencari pekerjaan
kesana-kemari membawa-bawa ijazah D3-nya tetap saja belum punya pekerjaan yang menetap
dan mapan gajinya, waktu itu.
Bersambung.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon dimaklumi bagi yang belum bisa dibalas komentarnya. Karena penulis juga memiliki kewajiban dan kesibukan yang tidak bisa dtinggalkan. Tapi tak usah khawatir, insya Allah dibalas. Terima kasih atas kesediaannya untuk mampir ^_^