Kamis, 23 Agustus 2012

Menjaga Sifat-sifat Manusia yang Luhur


Bismillah

Setelah selesai berbelanja dan waktu di malam H-1 lebaran mulai larut, lalu kami langsung menuju tempat parkir motor bersiap-siap untuk pulang. Kulihat motorku Honda Blade bercorak loreng orange terparkir di barisan bagian paling luar. Dan pada saat saya akan mengambil motor, sontak saya terkejut sambil mengucapkan kalimat istirja “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, de mana helm mas?” , “Mas naruh helmnya dimana tadi” sahut istri saya dengan nada agak sedikit lemas. “Ya jelas ditaruh di motor mas lah” jawab saya. “coba dicari lagi yang bener” tambah istri. Kemudian saya mencari kesana kemari, barangkali saya salah taruh helm di motor orang lain. 

Memang pada saat itu saya melihat ada seorang bapak yang memegang motornya yang diparkir di sebelah motor saya yang ditengah joknya ada sebuah helm hitam bermerk honda dan dibelakangnya ada seorang ibu muda yang menunggui, barangkali itu istrinya. Karena sangsi kalau itu helm saya, maka saya pun cuek saja dengan bapak itu. Lalu saya bertanya ke bagian penerimaan karcis kalau-kalau dia tahu, dan jika tidak setidaknya bisa bertanggung jawab. Namun jawabannya pun sama dia tak tahu-menahu dan tak mau bertanggung jawab pula. Dan saya kembali ke parkiran motor saya dengan hati yang kesal dan kecewa atas sikap pengelola parkir yang tak ada tanggung jawabnya sama sekali. Disitu saya melihat bapak yang masih menunggui motornya. Tiba-tiba ada suara yang terdengar “bapak mencari helm yah?” tanya seorang bapak dengan sopan. Langsung saya mencari suara itu, ternyata bapak yang parkir motornya disebelah motor saya. “betul pak” ujar saya sambil melihat helm yang ada di bagian tengah jok motornya. “Alhamdulillah, dari tadi kami menunggu si pemilik helm ini, jadi kami tak berani beranjak pergi” ujar bapak sambil memberi helm itu. Dan kulihat dengan teliti. Ternyata benar, itu helm saya. Saya bersyukur Alhadmulillah, lalu mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak tadi dan sambil bertanya “Sudah berapa lama bapak menunggui helm ini” tanya saya. “Tidak lama kok, hanya 20 menit saja” tutur bapak tadi yang mengenakan baju ber-jas dengan peci di kepalanya dan sarung sebagai bawahanya. Kalau saya lihat dibelakangnya seorang ibu muda hanya tersenyum saja. Kemudian tak lama bapak dan ibu muda tadi pergi.

Subhananallah.... di malam H-1 lebaran ini yang notabenenya orang ramai lagi sibuk dengan belanjaannya masing-masing dan biasanya rawan kejahatan karena lebaran memang banyak kebutuhan yang harus dikeluarkan. Tapi masih ada seseorang yang memiliki sifat yang mulia yaitu menjaga kejujuran dan kepedulian antar sesama. Walaupun helm saya ini kalau dijual tak seberapa harganya, namun bagi saya bukan soal besar kecilnya nilai kejujuran itu. Akan tetapi bagaimana menjaga sifat-sifat luhur manusia, salah satunya adalah sifat jujur dan peduli. Selama perjalanan pulang saya masih terngiang-ngiang dengan sifat luhur bapak itu. Dia mengajari saya bagaimana menjadi orang jujur dan peduli dengan kesusahan orang lain tanpa harus menghitung besar-kecil nilainya. 

Bisa saja ia tak jujur, sehingga helm saya yang ditaruh diatas jok motornya dia bawa dengan mudahnya. Atau peduli amat dengan helm saya, lalu dia taruh di sembarang tempat. Namun ia tidak demikian. Bapak tadi benar-benar ingin menjaga sifat jujurnya dengan tak beranjak dari motornya karena ada helm yang bukan miliknya berada diatas jok motornya serta tak ingin melihat orang lain yang bahkan tak ia kenal dalam kesusahan dengan menuggui helm miliki orang lain itu walaupun berlama-lama (sampai 20 menit)  sampai pemiliknya datang.

Saya agak sedikit menyesal karena belum sempat menanyakan namanya, barangkali suatu saat bertemu saya bisa memanggil namanya dan mengajak makan bersama, insya Allah jika ada rezeki. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih pak. Bapak bukan hanya menyelamatkan helm saya yang tak berharga namun juga mengajarkan bagaimana memiliki dan menjaga sifat-sifat yang mulia, sehingga bisa turut membantu kesusahan oran lain. Saya berdo’a kepada Allah semoga membalas kebaikan bapak dengan yang setimpal bahkan lebih baik. Aamiin

Alhamdulillah

7 komentar:

  1. Ceritanya menarik, cuman maaf banget, cara penyampaian nya/penggunaan kalimatnya yang (menurut saya) kurang enak. Saya ambil contoh dari kalimat pertama:

    Setelah selesai berbelanja dan waktu di malam H-1 lebaran mulai larut, lalu kami langsung menuju tempat parkir motor bersiap-siap untuk pulang.

    Coba kalo kalimat pembukanya disampaikan suasana (keadaan) di tempat parkir. Misal:
    'Ruang parkir mall Cikaso malam H-1 kemarin lebih padat dari biasanya. Deret ratusan motor yang nampak sama membuat saya dan suami harus berkerja ekstra keras menemukan lokasi motor kami. dst dst.

    Ini cuman saran lho, bukan berarti saya juga bisa... cuma ingin berbagi ide. Salam kenal ya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas Agus Firman atas kritikannya. Semoga tak bosan-bosan jadi pemerhati dan memberi koreksi padaa blog saya. ^_^

      Hapus
  2. menarik bang..salam dari penulis sangat pemula
    di Lhokseumawe Aceh.
    damoraislamiclife.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Abang Tugas Setya: Thanks, salam kenal dan salam hangat kembali dari saya. Mau tengok blognya abang.

      Hapus
  3. Balasan
    1. El-Amdah ihsan; Saya sudah follow back bang. ntar komen-komen lagi yah ^_^

      Hapus
  4. Abang Miftahul Huda: Terima kasih. Mohon tak bosan-bosan berkunjung serta kritik dan sarannya yah :). Tunggu saja kunjungan balikku.

    BalasHapus

Mohon dimaklumi bagi yang belum bisa dibalas komentarnya. Karena penulis juga memiliki kewajiban dan kesibukan yang tidak bisa dtinggalkan. Tapi tak usah khawatir, insya Allah dibalas. Terima kasih atas kesediaannya untuk mampir ^_^